Total Tayangan Halaman

Selasa, 30 November 2010

COBAAN BERAT DI AKHIR TAHUN 2010

"Edan, morri dan lilin ganti harga", cetus para pembatik. Memang akhir tahun 2010 merupakan ujian berat bagi para pembatik di negeri ini, bisa dibayangkan bahan baku utama bagi pembatik yaitu morri dan lilin naik gila gilaan. Banyak pembatik yang belum mau menerima pesanan dengan alasan harga dari morri dan lilin yang belum stabil. Yang sudah terlanjur menerima pesanan harus berunding kembali dengan pemesan untuk merevisi harga, inipun bila pembeli yang mau tahu kondisi yang menimpa para pembatik. Kalau pembeli yang kejam, tentu pembatik harus menanggung pengurangan keuntungan yang seharusnya mereka terima. Saya yakin pengurangan keuntungan yang terjadi sangat signifikan. Memang isu kenaikan morri merupakan imbas dari ketidakmandirian Indonesia di bidang pertanian kapas, dengan harga kapas yang naik di pasaran dunia tentu harga morri di Indonesia akan ikut ikutan naik, kenaikan kapas akhir tahun ini diperkirakan karena negeri negeri penghasil kapas mengalami penurunan produksi sehingga supply kapas dunia berkurang dan tentunya ini menyebabkan harga membumbung tinggi.
Kemudian bahan baku utama lilin yaitu GUM ROSIN (Getah gondorukem) telah diexport karena harga pasaran di luar negeri sangat baik, ini dapat pembatik terima asal supply di pasar dalam negeri dapat disupport oleh Perkebunan Negara ( selaku penghasil getah gondorukem utama) demi kelangsungan para pembatik di Indonesia yang telah menyerap tenaga kerja ratusan ribu. Kelihatannya pemerintah lupa untuk mengutamakan anak bangsa sendiri demi kelangsungan hidup warga negaranya dan agaknya pemerintah lebih terpukau dengan gemerincingan dollar. Semoga pemerintah cepat sadar sebelum rakyatnya satu demi satu menjadi papa di negeri yang disebut zamrud khatulistiwa. Semoga.

Kamis, 25 November 2010

DOUBLE SIDE BATIK

Double side batik atau lebih dikenal BATIK RENGSI (Lengrengan Terusi ) yaitu batik yang dikerjakan pada dua sisi kain morri, matik model begini lah yang seharusnya disebut BATIK, karena batik yang model beginilah yang hasilnya sangat bagus. Batik ini bisa dipakai pada dua sisi kainnya, jadi tidak perlu kuatir jika kita terburu buru memakainya. Tapi memang pengerjaannya yang membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dewasa ini, batik yang pengerjaannya dua sisi dan hasil batikannya halus memang digeluti oleh beberapa pengrajin, Alhamdulillah penulis konsisten untuk memegang tradisi Batik Rengsi. Kalau kita renungi secara mendalam, batik model inilah yang mampu menjaga lingkungan didalam keseimbangannya, dengan alasan sebagai berikut; didalam setiap proses pewarnaan pertama dan selanjutnya biasanya dibutuhkan waktu agak lama sehingga lingkungan diantara jeda warna pertama dan kedua mampu menetralisir limbah yang dibuang oleh pengrajin, apabila pengrajin menggunakan warna alam (natural dyes ) tentu tidak usah kuatir, disini dianggap pengrajin menggunakan pewarna kimia (chemichal dyes). Untuk pekerja sendiri, akan ada waktu bagi fisik nya untuk menetralisir zat zat warna yang bersentuhan dengan fisik mereka. Kemudian sumber daya alam yang digunakan dalam batik jenis ini akan sangat hemat dan tidak masif, berbeda dengan batik dewasa ini (batik print dan batik kasaran) yang mebutuhkan sumber daya alam yang boros.
Memang output batik dua sisi sangatlah sedikit untuk tiap bulannya tetapi kalau model batik batik ini digeluti oleh banyak pelaku pembatikan maka peredaran batik ini dipasaran akan melimpah juga. Tentu semua tergantung kemauan pembatik itu sendiri.
Mengenai harga, memang mahal tetapi konsumen akan mendapatkan kualitas batik dengan kualitas pengerjaan tangannya yang tinggi dan tentu saja awet dan enak dipakai.
Maka tinggal bagaimana sekarang para pembatiknya, mau mengikuti selera pasar yang murahan atau pasar yang menghargai pekerjaan tangan serta peduli pada lingkungan.
Tentu kita pilih yang terbaik untuk semua.

Rabu, 24 November 2010

NATURAL DYES

Natural dyes atau bahasa indonesianya warna alam merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan bahan alam, baik itu flora maupun fauna. Di alam banyak tersedia pewarna alami yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk aktifitas pewarnaan kain, kain disini pada umunya dalam bentuk setengah jadi yaitu masih kain putih (morri), tidak semua morri dapat diwarna dengan menggunakan pewarna alam karena bahan dasar morri tersebut, hanya yang terbuat dari natural fibres dan serat protein (protein fibres). Contoh natural fibres adalah kapas, jute, rami dan sejenisnya. Untuk serat protein adalah serat sutera.
Sebelum pewarna kimia ditemukan, sudah sangat familier bagi para pewarna di Indonesia menggunakan pewarna alam seperti; nila, akar pace, daun jati dan sebagainya. Mereka sangat mandiri di dalam bidang pewarna, memang butuh waktu dan teknik yang lebih rumit untuk mendapatkan warna yang bagus tetapi semua itu tidak mengusik keseimbangan alam. Bahkan Indonesia menjadi salah satu exporter besar di warna Biru (nila/indigo). Penjajah Belanda memanfaatkan betul lahan lahan di Indonesia untuk menanam nila dan hasilnya di export ke Eropa. Bahkan warna biru dari Indonesia merupakan yang terbaik di dunia.
Kemandirian dibidang pewarna memang pernah kita rasakan, akan tetapi untuk kemandirian kain morri nya mungkin sebagian daerah yang menghasilkan kapas dapat mandiri tetapi yang tidak bisa menghasilkan kapas maka kebutuhan kain sangat tergantung pada perusahaan Belanda penghasil morri. Memang hasil pemintalan dan tenun dari perusahaan Belanda lebih bagus dan halus karena ditunjang oleh teknologi yang maju.
Setelah kemerdekaan program kemandirian di bidang morri pernah digalakkan tetapi sayang cuma dalam hal pemintalan dan pertenunan. Disisi lain untuk kemandirian dibidang penanaman kapas belum serius digalakkan. Ini pekerjaan rumah pemerintah kita untuk mengembangkan pertanian kapas kalau ingin negara ini mandiri dibidang textile sehingga kebutuhan sandang rakyat Indonesia akan terpenuhi dengan harga terjangkau. Really hope for that dream.

Thanks.

BEESWAX

Beeswax atau lebih dikenal di telinga kita adalah lilin lebah yang terbuat dari sarang lebah yang telah diambil madunya, kebanyakan sarang lebah yang digunakan adalah dari sarang lebah liar. Untuk sarang lebah ternak (APIARI) kebanyakan sarang lebah tersebut digunakan kembali setelah diambil madunya. Dengan tujuan untuk mempersingkat waktu panen madu.
Zaman dulu, para pembatik menggunakan sarang lebah untuk dibuat lilin (malam) untuk membatik. Tentunya setelah dicampur dengan bahan bahan alami lainnya, untuk bahan bahan alami tambahan, penulis sudah melakukan riset dan bagi para pembaca yang ingin mengetahui bahan bahan tambahan tersebut, silahkan menghubungi penulis. Tujuan dari penambahan bahan bahan tambahan adalah untuk mempermudah lilin tersebut digunakan dan lilin tersebut akan tahan retak (cracking). Cracking kadang kala harus dihindari dan kadangkala juga dibutuhkan, karena ada pencinta batik yang suka akan adanya retak retak di latar batik, dengan alasan batik tersebut lebih hidup. Lilin lebah juga bermanfaat untuk para pembatik, terutama untuk kesehatan pernapasan, karena aroma yang dihirup adalah asap dari lilin lebah, berbeda dengan lilin batik buatan sekarang, yang bahan pembentuknya adalah dari hasil samping tambang minyak bumi, tentu asap yang ditimbulkan akan lebih berbahaya bagi sistem pernapasan para pembatik. Bukankah berproduksi yang sehat akan menyelamatkan semua.

Terima kasih.